Komando Pasukan Khusus (Kopassus) selama tujuh dekade berdiri, telah dipimpin 35 Komandan Jenderal (Danjen). Pemegang tongkat komando itu dimulai dari Mayor Inf. Idjon Janbi hingga teranyar Mayjen TNI Iwan Setiawan.
Namun ada yang unik, dari deretan Danjen Kopassus terdapat nama Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo dan Mayjen TNI Pramono Edhie Wibowo.
Kedua tokoh milter TNI AD tersebut memiliki pertalian darah yang sangat erat. Di mana Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo, yang merupakan Komandan RPKAD atau Danjen Kopassus ke-5 ini adalah ayah kandung dari Danjen Kopassus ke-23 Mayjen TNI Pramono Edhie Wibowo.
Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo, memimpin pasukan khusus selama tiga tahun sejak 1964 hingga 1967. Pria kelahiran Purworejo 25 Juli 1925 ini merupakan orang kepercayaan Soeharto dalam operasi penumpasan G30S/PKI di Indonesia. Bahkan, Sarwo Edhie terjun langsung memimpin pasukannya memerangi gerakan yang akan mengganti ideologi Pancasila dengan Komunis itu di Jawa Tengah.
Nama Sarwo Edhie Wibowo kini diabadikan menjadi salah satu nama gedung di Markas Komando (Mako) Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur. Sikap patriotik Sarwo Edhie dalam membela Tanah Air ternyata membekas dalam benak putra pertamanya Pramono Edhie Wibowo. Pramono Edhie Wibowo kecil sangat bangga dan kagum pada figur ayahnya.
Bahkan, setelah lulus SMA pada 1974, pria kelahiran Magelang, 5 Mei ini memutuskan untuk masuk ke Akademi Militer (Akmil). Namun langkahnya terhenti lantaran Pramono Edhie Wibowo harus ikut ayahnya yang ditugaskan menjadi Dubes Berkuasa Penuh Korea Selatan.
Meski begitu, tekad dan semangat Pramono Edhie Wibowo untuk menjadi tentara tidak padam. Adik ipar mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini terus berlatih di bawah pengawasan langsung ayahnya. Kembali ke Jakarta, Pramono Edhie Wibowo mendaftar ke Akmil, Magelang.
Setelah lulus dari Akmil pada 1980, Pramono Edhie Wibowo memilih bergabung di pasukan tempur yakni Kopassus yang saat itu bernama Kopassandha.
”Saya mengambil jalur yang berbeda. Saya ingin berbeda dengan kakak saya. Kakak-kakak saya mengambil baret hijau, saya mengambil baret merah,” kenang Edhie dalam buku biografinya berjudul “Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo: Jejak Langkah Seorang Prajurit Komando”, dikutip, Kamis (24/11/2022).
Selama pengabdiannya di Korps Baret Merah, Pramono Edhie Wibowo beberapa kali diterjunkan ke medan operasi. Di antaranya Operasi Seroja di Timor-Timor kini Timor Leste. Karena loyalitas dan dedikasinya di medan operasi, Pramono Edhie Wibowo seringkali ditugaskan dalam operasi.
Selama mengabdi di Kopassus, sejumlah jabatan strategis pun diembannya mulai dari Komandan Batalyon 11 Grup 1 Kopassus Serang, Banten. Kemudian Wadan Grup 1 Kopassus. Setahun kemudian, Pramono Edhie Wibowo diangkat menjadi Asisten Operasi (Asops) Kopassus.
Dia juga pernah menjadi Komandan Grup 1 Kopassus Serang, Banten. Dan ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri. Selepas menjadi ajudan Mega, karier Pramono Edhie Prabowo di Kopassus semakin melejit.