Terdapat perbedaan mendasar antara Continuously Variable Transmission (CVT) dan Automatic Transmission (AT).
Hal itu bukan hanya berpengaruh pada karakter berkendara yang disajikan, tapi juga perawatannya.
Mobil dengan transmisi matik kerap menjadi incaran para konsumen.
Hal tersebut dapat dimaklumi sebab dengan transmisi matik maka pengendara bisa lebih rileks saat berada di balik lingkar kemudi.
Namun, perlu diketahui bahwa transmisi matik itu sendiri setidaknya terbagi dalam dua jenis, yakni CVT dan AT.
Apa Perbedaan Transmisi CVT dan AT?
Transmisi CVT memanfaatkan komponen berupa puli dan sabuk baja untuk mengatur tingkat kecepatannya.
Hal tersebut berbeda dengan transmisi matik AT yang mengandalkan planetary gear.
Walau demikian, kedua jenis transmisi tersebut tetap memiliki kemiripan.
Baik CVT ataupun AT sama-sama mengandalkan tekanan oli yang diatur melalui hydraulic control unit untuk mengatur kopling.
Dari bentuk komponen yang berbeda-beda tersebut maka karakter berkendara yang disajikan oleh masing-masing jenis transmisi juga agak lain.
Mobil-mobil dengan CVT memiliki tarikan yang cenderung lebih lembut. Selain itu, “nafasnya” pun terasa lebih panjang karena secara teori tidak ada perpindahan gigi.
Selain itu, tak sedikit pabrikan yang menyebut bahwa penggunaan transmisi CVT lebih baik dalam hal konsumsi BBM.
Hal ini berbeda dengan transmisi AT yang perpindahan giginya terasa bertingkat.
Namun, bukan berarti hal ini membuat transmisi AT sepenuhnya lebih inferior. Sebab ada kalangan justru yang menilai karakter semacam itu lebih sporty.
Di samping itu, transmisi AT juga “menang” dalam hal perawatan karena biayanya lebih murah.
Transmisi AT juga kerap digunakan oleh mobil-mobil yang memiliki mesin kapasitas besar atau torsi berlimpah dikarenakan lebih kuat.
Beberapa contoh mobil yang menggunakan transmisi CVT adalah produk-produk terbaru dari Honda, misalnya WR-V, BR-V, atau City Hatchback RS.
Sementara itu, contoh mobil yang menggunakan transmisi AT, antara lain duet Toyota Rush dan Daihatsu Terios.